jump to navigation

Batman Agustus 6, 2012

Posted by anick in Film, Pepeling.
trackback

Batman tak pernah satu. Maka ia tak berhenti. Apa yang disajikan Christopher Nolan sejak Batman Begins (2005) sampai dengan The Dark Knight Rises (2012) berbeda jauh dari asal-muasalnya, tokoh cerita bergambar karya Bob Kane dan Bill Finger dari tahun 1939. Bahkan tiap film dalam trilogi Nolan sebenarnya tak menampilkan sosok yang sama, meskipun Christian Bale memegang peran utama dalam ketiga-tiganya.

Tiap kali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng kelelawar yang itu-itu juga. Tapi tiap kali ia dilahirkan kembali sebagai sebuah jawaban baru terhadap tantangan baru. Sebab selalu ada hubungan dengan hal-ihwal yang tak berulang, tak terduga—dengan ancaman penjahat besar The Joker atau Bane, dalam krisis Kota Gotham yang berbeda-beda.

Sebab itu Batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah atau tidaknya wujud yang kedua dan terakhir. Wujud yang kedua dan terakhir bukan cuma sebuah fotokopi dari yang pertama. Tak ada yang-Sama yang jadi model. Yang ada adalah simulacrum—yang masing-masing justru menegaskan yang-Beda dan yang-Banyak dari dan ke dalam dirinya, dan tiap aktualisasi punya harkat yang singular, tak bisa dibandingkan. Mana yang “asli” tak serta-merta mesti dihargai lebih tinggi.

Sebab kreativitas berbeda dari orisinalitas. Kreativitas berangkat ke masa depan. Orisinalitas mengacu ke masa lalu. Masa yang telah silam itu tentu saja baru ada setelah ditemukan kembali. Tapi arkeologi, yang menggali dan menelaah petilasan tua, perlu dilihat sebagai bagian dari proses mengenali masa lalu yang tak mungkin dikenali. Pada titik ketika masa lalu mengelak, ketika kita tak merasa terkait dengan petilasan tua, ketika itulah kreativitas lahir.

Saya kira bukan kebetulan ketika dalam komik Night on Earth karya Warren Ellis dan John Cassaday (2003), Planetary, sebuah organisasi rahasia, menyebut diri “archeologists of the impossible”.

Para awaknya datang ke Kota Gotham, untuk mencari seorang anak yang bisa membuat kenyataan di sekitarnya berganti-ganti seperti ketika ia dengan remote control menukar saluran televisi. Kota Gotham pun berubah dari satu kemungkinan ke kemungkinan lain, dan Batman, penyelamat kota itu, bergerak dalam pelbagai penjelmaannya. Ada Batman sang penuntut balas yang digambarkan Bob Kane; ada Batman yang muncul dari serial televisi tahun 1966, yang dibintangi oleh Adam West sebagai Batman yang lunak; ada juga Batman yang suram menakutkan dalam cerita bergambar Frank Miller. Dan semua itu terjadi di gang tempat ayah Bruce Wayne dibunuh penjahat—yang membuat si anak jadi pelawan laku kriminal.

Satu topeng, satu nama—sebuah sintesis dari variasi yang banyak itu. Tapi sintesis itu berbeda dengan penyatuan. Ia tak menghasilkan identitas yang satu dan pasti. Dan lebih penting lagi, sintesis itu tak meletakkan semua varian dalam sebuah norma yang baku. Tak dapat ditentukan mana yang terbaik, tepatnya: mana yang terbaik untuk selama-lamanya.

Sebab itu Kota Gotham dalam Night on Earth bisa jadi sebuah alegori. Ia bisa mengajarkan kepada kita tentang aneka perubahan yang tak bisa dielakkan dan sering tak terduga. Ia bisa mengasyikkan tapi sekaligus membingungkan. Ia paduan antara sesuatu yang “utuh” dan sesuatu yang kacau.

Dengan alegori itu tak bisa kita katakan, mengikuti Leibniz, bahwa inilah “dunia terbaik dari semua dunia yang mungkin”, le meilleur des mondes possibles. Bukan saja optimisme itu berlebihan. Voltaire pernah mencemoohnya dalam novelnya yang kocak, Candide, sebab di dunia ini kita tetap saja akan menghadapi bermacam-macam kejahatan dan bencana, 1.001 inkarnasi The Joker dengan segala mala yang diakibatkannya. Kesalahan Leibniz—yang hendak menunjukkan sifat Tuhan yang Maha Pemurah dan Pengasih—justru telah memandang Tuhan sebagai kekuasaan yang tak murah hati: Tuhan yang hanya menganggap kehidupan kita sebagai yang terbaik, dan dengan begitu dunia yang bukan dunia kita tak patut ada dan diakui.

Kesalahan Leibniz juga karena ia terpaku kepada sebuah pengalaman yang seakan-akan tak akan berubah. Padahal, seperti Kota Gotham dalam Night on Earth, dunia mirip ribuan gambar yang berganti-ganti di layar, dan berganti-ganti pula cara kita memandangnya.

Penyair Wallace Stevens menulis sebuah sajak, Thirteen Ways of Looking at a Blackbird. Salah satu bait dari yang 13 itu mengatakan,

But I know, too,
That the blackbird is involved
In what I know

Memandang seekor burung-hitam bukan hanya bisa dilakukan dengan lebih dari satu cara. Juga ada keterpautan antara yang kita pandang dan “yang aku ketahui”. Dan “yang aku ketahui” tak pernah “aku ketahui semuanya”. Dengan kata lain, dunia—seperti halnya Kota Gotham—selamanya adalah dunia yang tak bisa seketika disimpulkan.

Tak berarti pengalaman adalah sebuah proses yang tak pernah tampak wujud dan ujungnya. Pengalaman bukanlah arus sungai yang tak punya tebing. Meskipun demikian, wujud, ujung, dan tebing itu juga tak terpisah dari “yang aku ketahui”. Dunia di luarku selamanya terlibat dengan tafsir yang aku bangun dari pengalamanku—tafsir yang tak akan bisa stabil sepanjang masa.

Walhasil, akhirnya selalu harus ada kesadaran akan batas tafsir. Akan selalu ada yang tak akan terungkap—dan bersama itu, akan selalu ada Gotham yang terancam kekacauan dan keambrukan. Itu sebabnya dalam The Dark Knight Rises, Inspektur Gordon tetap mau menjaga misteri Batman, biarpun dikabarkan Bruce Wayne sudah mati. Dengan demikian bahkan penjahat yang tecerdik sekalipun tak akan bisa mengklaim “aku tahu”.

Majalah Tempo, Edisi Senin, 06 Agustus 2012~

Komentar»

1. harryuncommon - September 21, 2012

..yang aku ketahui baru sedikit, itu saja sudah cukup. Kalau yang aku ketahui lebih banyak lagi, ternyata membuatku tidak cukup.

2. Edy - November 22, 2012

Batman, adalah wajah hukum kita. Penegak hukum, KUHP dan pasal-pasalnya hanya menjadi permainan para Joker di kota Gotham.

Seribu Batman sengaja dipersiapkan, dirancang untuk tak berdaya menghadapi Sang Joker. Sutradara Kota Gotham, telah menpersiapkan berbagai modus untuk menghadapi para Batman, yang tampak garang tapi tak bernyali.

Kerenanya jangan heran, kalau di setiap pengadilan para koruptor tak ubahnya seperti bermain petak-umpet atau Srimulat-an. Pak Hakim bekerja berdasar skenario sang Joker. Penghancuran Kota Gotham-pun makin pasti.

Siapa Batman? Siapa Sang Joker, dan di mana pula Kota Gotham itu? . Mereka ada di depan mata kita. Meskipun begitu, semuanya tak perbah terungkap.

3. ronalddepp - Mei 19, 2013

Saya sangat berterimah kasih banyak kepada PAK MANDALA atas bantuannya saya bisa menang togel, saya benar2 tidak percaya dan hampir pingsan karna angka yang di berikan beliau ternyata tembus. awalnya saya cuma coba2 menelpon, saya bilang saya terlantar di daerah Malaysia. kerja sebagai TKI dan tidak ada ongkos pulang, mulanya saya ragu tapi dengan penuh harapan saya pasangin kali 100 lembar dan ALHAMDULILLAH berhasil. sekali lagi makasih banyak ya PAK… dan saya tidak akan pernah lupa bantuan dan kebaikan PAK MANDALA. kepada saudara yang ingin merubah nasibnya seperti saya silahkan Hub 0823″4898″5714 PAK MANDALA. Demikian kisah nyata dari saya dan ini tanpa rekayasa. INGAT. kesempatan tidak akan pernah datang Yang ke.(2).kalinya…!

4. Parcel Lebaran Semarang - Juli 26, 2013

Batman adalah tokoh favorit saya, mungkin bisa bantu antar parcel lebaran semarang

5. baju bayi anak perempuan - September 18, 2013

ada jagoan yang melindungi dari balik topeng, untungnya bukan di dunia nyata. Kostum baju bayi model batman, bisa nemu dimana ya?

6. toko bunga ciputat - Oktober 3, 2013

Batman adalah jagoan hebat

7. Istanamurah - November 27, 2013

Suka banget sama batman ane gan, game nyapun juga belom kelar-kelar nih yang batman, hehe

8. Sewa mobil jakarta - Desember 4, 2013

itu lah batman, keunikannya dalam menghadapi musuhnya yang membuat aku suka 😀

9. perkofashion - Desember 4, 2013

Batman, superman, dan man man yang lain adalah pencitraan dari bangsa eropa untuk memberikan sugesti bahwa mereka adalah bangsa yang hebat dan kuat. hemmmmm,

10. lowongan kerja 2014 - Februari 27, 2014

Batmannya indonesia, yang sedang duduk di istana negara, mungkin

11. pengajaran dan pembelajaran - Februari 27, 2014

sekarang jamannya upin ipin

12. bagikanyuk - September 23, 2014

bagus bagus gan!

13. hargaelektroniks - September 23, 2014

oooohh jadi begitu!

14. hargahp - September 23, 2014

heeemmmmmm, pusing ahh

15. sejarahpengertian - September 23, 2014

makacih kakak

16. sejarahterbaru - September 23, 2014

josss maanggg

17. zulham - Desember 12, 2014

Cerita batman selalu mengingatkan saya akan masa kecil yang saya habiskan di bangka dan belitung.

18. al - November 13, 2015

pak GM ngomong apa sih

19. rzrhdn - Desember 24, 2015

Reblogged this on Cuap Tolol Ciap-Ciap.

20. Wahyu St - Juli 3, 2020

2 paragraf akhir bisa dibilang titik kecil atau kesimpulannya, memang benar tidak ada yang pasti dan kadang berubah-ubah sesuai pengalaman, pengamatan, kadar berpikir, dan entah bagaimana caranya sebuah relationship yang didasari cinta dapat mengubah pandangan seketika, seperti keajaiban.

21. abeyow - Mei 14, 2022

satu persatu batman pun akan musnah ditelan bumi


Tinggalkan komentar