jump to navigation

tentang caping

 tumpukan-caping.jpgtumpukan-caping.jpgtumpukan-caping.jpg

===== > Ignatius Haryanto

Posisi GM memang tak tergantikan. Tak mungkin mencari ganti penulis Catatan Pinggir yang sudah khas milik Goenawan Mohamad—sama dengan Kompasiana-nya PK Ojong— apalagi kalau itu diserahkan ”hanya” pada para calon reporter. Posisi GM yang memang unik di Tempo ini tak tergantikan. Sampul buku ini saja telah menunjukkan seakan GM adalah lakon utama dalam buku ini. Lepas dari itu, GM sendiri mengalami evolusi tersendiri. GM yang seniman, mahasiswa psikologi yang tak menyelesaikan skripsi, negosiator dengan pemodal, ”terpaksa” jadi manager, penulis tetap kolom Catatan Pinggir, editor pemberitaan setiap minggu, lobbyist dengan sejumlah pejabat, menjadi aktivis jalanan, hingga akhirnya memilih untuk tidak lagi menduduki jabatan puncak sebagai Pemimpin Redaksi dan posisinya digantikan Bambang Harymurti. Kalau buku ini mau dibilang setengah biografi GM bisa saja karena dalam masa hidup GM dalam periode Tempo, informasi yang ada dalam buku ini sangat padat.

Untuk membaca lengkap artikel Ignatius Haryanto, klik link di atas (ed).

===== > Ribut Wijoto

Bila seseorang mengikuti majalah Tempo, selalu ada kolom Catatan Pinggir. Saya melihat Catatan Pinggir dari Goenawan Mohamad merupakan contoh bagus dalam tulisan aktualitas. Bahwa tulisan GM bergerak dalam waktu aktual dan waktu sejarah. Ia dapat dibaca dengan kaitan dengan aktualitas topik majalah Tempo sekaligus dapat dibaca kapan saja sebagai tulisan mandiri. Keberhasilan terbitan buku Caping 1-4 membuktikan kecerdasan tulisan Goenawan Mohamad tersebut. Mungkin dalam cerpen persoalannya tidak semudah itu. Atau, dalam cerpen persoalannya sudah dapat teratasi, yaitu dengan adanya cerpen-cerpen yang berhasil. Teknik cerpen yang berhasil itulah yang mesti dipelajari, ditiru, dikembangkan, bahkan disikapi dengan cara menciptakan teknik yang lain. Dari kegiatan sederhana ini, mungkin akan diandaikan, kemudian hari, tercipta tradisi atau sejarah cerpen yang berwibawa.

Untuk membaca lengkap artikel Ribut Wijoto, klik link di atas (ed).

===== > Hamson Jr

Mungkin anda pernah merasakan mimpi, yang membawa anda berkeliling dunia, kesatu daerah asing, yang tidak pernah anda pijak. Dari kebun teh yang sejuk, ke angkasa luar yang hitam dengan kemerlap bintangnya. Seperti itulah penulis cacatan pinggir akan membawa anda, dialah Goenawan Mohammad, essais, wartawan, budayawan, seniman sekaligus agamis yang sangat sosialis.

Suatu ketika saya masih di bangku kuliah, semester dua. Seorang senior pengagum Goenawan meminjamkan catatan pinggir untuk saya baca, hasilnya seusai melahap buku satu, saya seperti baru saja menginjakkan kaki di bandara, terbawa oleh Goenawan melanglang buana, dari dinginnya lapangan merah di Kremlin, hingga perjuangan napoleon meraih tahtanya di Prancis.

Hal yang paling berkesan ketika dengan manisnya, dibuku berikutnya Goenawan menceritakan kematian tragis Kemal Ataturk, disisi anak angkatnya yang manis bernama Ulku, yang sepanjang hayatnya dikenal sebagai satu-satunya manusia yang tidak pernah membohonginya. Disaat istrinya lari meninggalkannya, dan sejumlah menterinya korup dan berhianat.

Itulah Goenawan! itulah Catatan pinggir.

Paropo, 22 Oktober 2004

===== > Arief

“Seperti halnya membentuk sebuah cawan yang tak habis untuk dipakai, menulis pada dasarnya ada pekerjaan yang resah”, Goenawan Mohamad.

Ayah saya selalu membaca TEMPO setiap minggu. Di halaman terakhirnya, ada kolom Catatan Pinggir yang ditulis Goenawan Mohamad, sang pemimpin redaksi. Saya agak terlambat: saya mulai menikmati Catatan Pinggir pada 1997. Saya terpesona dengan bahasanya, gaya penuturan, alur, sejarah, tokoh dan makna dari setiap esai pendek itu. Ada 5 jilid Catatan Pinggir dan saya tak bosan membacanya. Terakhir “Kata, Waktu”, sebuah kompilasi 5 jilid itu, diterbitkan tahun 2000. Dan, versi bahasa Inggrisnya saya temukan dengan judul Conversation with Difference, diterjemahkan oleh Jennifer Lindsay, assistant professor di National University of Singapore.

Seperti besok mau ujian, saya membaca catatan pinggir dengan seksama dan memetakan plot, bahasa, penokohan dan mencari sumber bacaan. Ketika itu, “kegilaan” terhadap Catatan Pinggir saya alami di Bandung. Sekolah saya, ketika itu, lumayan memberikan kebebasan untuk berkembang sesuai minat. Tidak secara formal dan eksplisit menyuruh mahasiswa jadi kreatif, tapi ambience dan lingkungan membentuk orang jadi bebas: jadi apa yang dia inginkan, belajar apa saja, dengan gaya apa saja, bahkan untuk tujuan yang absurd dan pragmatis. Menulis adalah hal yang sulit karena saya tidak ekspresif dan tak cukup kosakata untuk mendeskripsikan sesuatu. Menulis itu pekerjaan yang resah: saya selalu gelisah ketika saya kesulitan mencari kata yang cocok untuk menceritakan lakon atau plot pendek, saya selalu termangu di meja belajar, sebal dengan otak yang macet dan berakhir dengan melempar buku atau merobek kertas. Tapi esai Goenawan Mohamad dengan sabar “mengajari” saya mencari makna setiap kejadian, mencari relasi di pelosok dunia, membahasakan dengan sempurna. Goenawan Mohamad adalah guru saya dalam menulis.

Tahun 2004, saya bertemu Goenawan Mohamad di Fort Canning. Orang Jawa Tengah ini kalem, murah senyum dan friendly.

===== > Studi Literatur Septiawan

Untuk membaca selengkapnya studi yang dilakukan oleh Setiawan, klik link di atas (ed).

===== > Ahmadrudi

Protes orang-orang yang dipinggirkan!! Itulah kesimpulan saya saat membaca buku ini di perpustakaaan. Buku ini sebenarnya kumpulan rubrik catatan pinggir di majalah tempo yang ditulis oleh gunawan muhammad. Rubrik ”Catatan Pinggir” sebagai semacam komentar, tapi juga semacam gumam, seperti kalau kita berbicara sendiri atau mencoret-coretkan kalimat di kertas kosong di tengah suara orang ramai. Atau semacam marginalia: catatan-catatan yang kita torehkan di tepi halaman buku yang sedang kita baca. Dari situlah nama ”catatan pinggir” sebenarnya ditemukan: percikan pikiran pendek dan cepat di antara lalu lintas ide dan peristiwa-peritiwa.

Buku ini memang membuat penasaran bagi pembaca dengan tema-tema yang menarik demokrasi,kebebasan,dan hak asasi manusia.

Cerita ,celotehan, angan-angan, kritik-kritik soial dari Goenawan Mohammad ada di sini. Penuh dengan ide-ide selintas yang langsung dituliskan oleh Goenawan Mohammad secara langsung, menggelitik, bahkan membuat kita beremosi. Apa yang ditulis oleh sang penulis adalah refleksi dari realitas sosial yang penulis lihat. Saya sangat setuju dengan ide-ide yang ada didalam buku ini.

Masyarakat demokrasi adalah masyarakat yang menghargai kebebasan pendapat. Martabat kemanusiaan bukan untuk di rekayasa demi kekuasaan sementara.
Buku ini bisa menjadi sebuah refleksi dari orang-orang yang terpinggirkan.

Namun bagi orang-orang awam kadang-kadang buku ini masih sulit dicerna dengan bahasa sosial yang kadang kiat belum tahu artinya. Bagi yang mengininginkan perubahan sosial dan budaya bangsa indonesia menuju indonesia baru. Pantas kita membaca buku ini.

Komentar»

1. ganda - Oktober 20, 2006

kulo nuwun…..ikut bca2 ya bang….???

2. Goenawan Mohammad - Desember 14, 2006

Silahkan, semoga bermanfaat.

3. mochtar han - Desember 15, 2006

Bagimu jawaban adalah
pertanyaan itu sendiri
Bagimu setelah revolusi
tak ada lagi…

Begitupun tanganku
seperti tertuntun arahanmu

(terima kasih GM)

4. Budinuryanta Yohanes - Desember 18, 2006

Salah seorang di antara banyak orang yang gembira atas caping adalah saya. Lebih gembira lagi atas blog ini. Betapa tidak?! Sejak tahun 70-an saya sangat menyukai caping. Sampai saat ini pun juga. Enam kumpulan caping sengaja saya buru. Mengapa? Tentu banyak alasan. Salah satu alasan pragmatis saya saat ini, (dan tentu alasan ini sebagai akibat logis akumulasi alasan-alasan lain) saya sedang menyiapkan karya akhir S.3 (disertasi) di bidang logika bahasa dengan pumpunan pada kesatuan bahasa dan pikir seperti terekspresikan dalam caping.
Oleh karena itu, dengan penuh hormat lewat media ini saya memohon ijin (dan juga restu) pada Mas GM untuk mengkaji proses berbahasa dan proses berpikir yang Mas GM miliki saat ini seperti termanifestasi dalam caping. Bahkan pada kesempatan lain saya juga ingin bertemu langsung dengan Mas GM untuk keperluan tugas akhir saya tersebut. Saya berharap panjenengan tidak berkeberatan.
Matur nuwun sakderengipun. Nuwun.
Budinuryanta, Surabaya

5. Aiz - Mei 9, 2007

Pertama kali saya baca Catatan Pinggir sekitar tahun 1993an. Pada saat itu sering “mencuri” baca (karena tidak berani pinjam langsung) Majalah Tempo milik Kyai saya, Pengasuh Pondok Pesantren Al Mathlab Kediri, beliau berlangganan.
Setelah sekian lama tidak membaca Catatn Pinggir (meskipun hasrat itu ada), saya diingatkan kembali untuk membaca Catatan Pinggir ketika Kakak saya (Alm. Ishom Hadziq – ghufiro lahu) sekitar tahun 1999, minta tolong ke saya untuk dipinjamkan “Catatan Pinggir”nya GM ke Perpusatakaan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Saya baru tahu ternyata sudah dibukukan.
Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari Catatan Pinggir, seolah-olah berada dibelahan dunia yang lain. Ada banyak inspirasi disana.
Terima Kasih Kang GM.

6. evelyn pratiwi yusuf - Mei 25, 2007

Salam kenal bang dari penulis muda kampus seperti saya. Mohon bantuan untuk membuat saya lebih eksis di dunia jurnalistik

7. john - Mei 25, 2007

Caping memang kadang kita butuhkan saat terik panas menghujam kepala kita. dan mampu memberikan pisau analisa yang tajam pada fokus tertentu. Tapi kadang kala juga harus segera kita ganti dengan topi lain yang lebih praktis agar kita mampu menangkap cakrawala yang lebih luas dan menyesuaikan situasi. lucu juga kalo kita ngantor pake caping?? Tuhan Maha Tahu..
Salam kenal buat GM-mania semua. and numpang sapa ke Aiz., iseh nang Jakarta ta rek?. piye kabare bolo2 Jombang?

8. Toni - Juni 11, 2007

Catatan Pinggir. Saya senang. Dari sana saya seolah sedang membaca banyak kitab, literatur, tanpa harus membacanya sendiri—apalagi memilikinya. Inilah salah satu yang patut saya ajungi jempol.

Bahasa yang digunakan cukup menghibur (salah satu halman yang paling menyenangkan di TEMPO adalah Catatan Pinggir), meski terkadang terlalu elitis—yang membuat harus dibaca berulang.

Soal isi, ini yang menjadi problem! Seringkali saya membayangkan sang penulis, GM, bak Nabi. Tak pernah salah. GM terbayang sebagai sosok moralis. Dia benar, dan yang lain. Salah.

Jadi, bagaimana Bung? Sang Moralis.

Salam Kenal
Toni, Sidojangkung – Gresik

9. putra - Juli 8, 2007

saya suka sekali baca tulisannya kakek gunawan ..(gak papa kan dibilang kakek).. bingung sebenarnya yang saya rasakan pas baca tulisannya, rumit, sekali loncat sana, lompat sini. tapi mungkin disitu letak kebijaksanaannya dalam membuat cerita, menyuruh kita berpikir sendiri, jangan malas fikir. anda harus berpikir ketika membaca tulisan saya, mungkin itu syarat dan prasyarat membaca catatan pinggir.
tanpa mendikte, memberi pengetahuan, mendidik kritis. catatan pinggir adalah suatu ke khas an .
catatan pinggir, seharusnya menjadi sebuah kurikulum.

10. Aneke - Juli 23, 2007

Gaya bahasa Mas Gunawan membawa saya berzapping diantara peristiwa dan waktu. Bagai klipping 3 abad yang pada akhirnya cukup untuk kita masukkan pada diary kita hari ini.
Catatan Pinggir bagi saya tidak hanya tulisan dan coretan, namun lebih dari sebuah refleksi dan pemahaman. Karena dalam hutan belantara informasi sekarang ini, kadang kita hanya bisa memahami dan bergumam tanpa bisa berbuat apa-apa.
Namun gumaman tersebut… catatan-catatan pinggir tersebut… coretan-coretan batin tersebut….. suatu hari ini nanti dapat menjadi harapan dan cermin untuk diri kita sendiri.

Terima kasih Mas Gunawan.

11. tono - Agustus 8, 2007

tak ada lagi kata…………..hanya hutan, jauh di selatan, hujan pagi.

12. Dr. med. A.W. Tjahjadi - Agustus 22, 2007

saya penggemar tempo sejak awal terbitnya.
catatan pinggir gunawan mohammad saya ikuti sejak semula –
sampai kepindahan saya ke eropa. kalau ada kenalan yang
datang – saya cuman minta oleh2 “tempo” bekas – selain berita2
tanah air – juga “catatan pinggir” yang padat isi dan layak direnungkan.
sayang saya tidak bisa menemukan buku kumpulan catatan pinggir
ini di toko buku gramedia. ada yang bisa tolong saya?

13. Pormadi Simbolon - Agustus 23, 2007

Catan pInggir itu inspiratif, menggugah, menantang, mencerahkan, membuat hidup lebih hidup. Selamat Bang Goenawan Mohamad!

14. abdullah dahlan - September 3, 2007

Caping itu jadi inspirator bener. sy kadang iri, GM sepertinya tak habis kehilangan ide, gagasan, pemikiran saat menulis caping. tulisan begitu mengalir, enak dibaca meski kadang berkeringat. Terima kasih, Bang Gunawan Mohamad..!!

15. Baskara - Oktober 9, 2007

saya selalu berusaha untuk mengikuti catatan pinggir setiap minggu. setiap kali membaca tempo, maka pertama kali yang ada di pikiran saya adalah caping.
meski terkadang perlu sampai dua kali membaca untuk memahami inti pesan didalamnya, namun saya puas.
Bang Gm memang ‘kyai-nya’ jurnalistik, sastra dan juga soal-soal hakikat…
coba kita lihat caping ‘puasa’, isinya membuat saya tersentak…

16. xwoman - Oktober 10, 2007

Selamat hari raya Idul Fitri 1428 H

Taqabalallahu minna wa minkum, shiamanaa wa shiamakum…

Mohon maaf lahir dan bathin yaaa… 🙂

17. Kristian - Oktober 15, 2007

Baskara, I am in favour of your idea. That essay has also shaken my thought.

18. daniel! - Oktober 18, 2007

tempo is caping.
the rest is just details.

19. Gandhi - November 8, 2007

Tuhan tak punya agama…

20. Atique - November 24, 2007

wah senengnya bisa liat catatan pinggir berbentuk blog, dulu waktu saya masih sekolah, selalu ngantri baca tempo setelah ayah saya selesai hanya untuk baca catatan pinggir dan indonesiana. maju terus Pak Gun 🙂
btw saya juga permisi nglink ya..terimakasih

21. tobadreams - November 26, 2007

aku suka tulisan Gunawan, kukagumi bahan bacaannya yang luas. tapi belum sekalipun aku menemukan pandangan Gunawan sendiri mengenai satu masalah kecil di Indonesia. Kesanku, dia itu penulis esai yang jago meringkas ribuan halaman buku menjadi hanya beberapa baris. Tapi mengenai kehidupan dinamis yang harus dia liput dan simpulkan sendiri, aku nggak yakin Gunawan mampu.

Mahbub Djunaidi adalah salah satu penulis esai kita yang tak kalah dibanding Gunawan. So nggak usah kuatir, penulis hebat berikutnya akan mulai muncul setelah kalian mengurangi pujian buat Gunawan.

22. Akhwan - November 26, 2007

Tak disangka, tulisan yang kubaca setiap awal pekan pada halaman terakhir TEMPO ternyata Wong Mbatang, ternyata sampean tetangga Pak…
Beberapa bulan lalu kudapatkan sebuah Buku Kumpulan Caping tahun 80-an , saya telat mendapatkan edisi 90-an. Tapi saya lebih menikmati Caping-nya GM tahun-tahun sekarang.
Melalui blog ini saya bisa menikmati tulisan GM seperti menikmati minum teh di sore hari dengan seksama.
saya punya keyakinan suatu saat akan ketemu dengan Anda. Tp Kapan?

23. Aulya - Desember 1, 2007

Ketika kuberdiri di pantai
kupandang laut lepas
ombak bergulung meninggi
bahagiaku di seberang
hanya dengan biduk kugapai ia
tapi yang mana?
sampan kecil dari bambu ?
perahu dayung dan layar ?
kapal cepat bermoncong hiu?
atau ….
seharusnya dengan apakah aku bersimpul
excuse atau retensi
benarkah kebenaran adalah kekaburan?

24. Cita Sophia - Desember 23, 2007

Salam kenal buat temen-temen penggagum GM smuanya…
Saya gabung di persma sejak 2 tahun lalu. Jadi ng salah kalau akhirnya GM menjadi sosok role model dari saya. Bulan April mendatang saya dan teman-teman dari Pers Mahasiswa FE Unair akan mengadakan serangkaian acara jurnalistik dengan lingkup nasional.
Rencananya saya akan mengundang GM sebagai selah satu pembicara, dalam seminar yang bertemakan Etika dan Batas-Batas Kebebasan Pers. Mohon doa restunya!! =)

25. erik supit - Februari 12, 2008

Jika ada orang yang mampu membuat sebagian yang lain merenung dalam senyum, orang tersebut adalah mbah gunawan

26. elsya crownia - Maret 11, 2008

saya sangat menyukai gaya penulisan GM yang begitu gamblang dan jujur, memang bahasanya cukup bagus dan sangat menyejukkan. Saya belajar bagaimana proses penulisan sastra, apalagi setelah memahami sastra itu lebih dalam lagi, o ya bisa dikirimkan ke email saya puisi2 dan esai GM.

27. ajie - Maret 11, 2008

Tulisannya tak pernah menggurui, hanya sekedar memberitahu kita bahwa “disini”, “disana”, dulu, kini, pernah terjadi atau seseorang berbicara seperti ini dan mendorong kita memikirkan lalu mencari maknanya setelah membaca. That’s it!. Mungkin cara bagus belajar dari sebuah sejarah. Ringkas, berjarak, padat sekaligus tanpa batas, kadang menyentuh, selalu segar (ada salah satu caping yang saya baca lebih dari 5 kali kayaknya entah karena terlalu memukau atau sayanya yang lemot ya :D)…dan tentu saja tak bosan dibaca berulang-ulang. Buktinya Caping 4 saya sudah hilang sampul…jadi mirip kitab2 kuno zaman dulu deh jadinya…:D.

28. PakFa - Maret 17, 2008

Sejak kecil dulu saya demen ama GM, hanya aja jangan sampe ikut-ikutan aliran GSM. Nggak nge-fan lagi kalau GM jadi “bersinyal” GSM.

Wah apaan tuh, tanya apa…

29. drgsubur - Maret 19, 2008

Beli tempo, yah bacanya dari belakang. GM saya kagum pada anda

30. moch faisol - Maret 19, 2008

meski saya berusaha tidak melewatkan satu episode pun tulisan GM di catping (saya menyebutnya catping bukan caping), namun terkadang karena keterbatasan wawasan saya, terpaksa menghindari topik yg ‘tidak sesuai kapasitas saya’.
“gak ngatasi koen !”, kata teman saya, arek jombang – jatim
topik catping yg masih bisa menarik minat baca saya adalah tentang agama, nasionalisme dan sejarah. kalau GM sudah ngomong tentang sastra, seni dan tokoh (beberapa), wah… sekali lagi saya sudah tidak ngatasi !

31. cerbongasap - April 14, 2008

ok juga tapi aku gak rada ngerti sih

32. cerbongasap - April 14, 2008

emang tulisannya uedan banget, mengakar gitulah.

33. jon - Juni 5, 2008

membaca tulisannya GM seperti mengajari saya untuk menemukan kembali iman saya yang sempat tercecer dan hilang entah kemana…
mbk or mas bisa minta tolong gak dimana nyari Caping 1,3,4 sulit banget nyari di sby.

34. Ajie - Juni 6, 2008

Saya sangat menunggu Caping (atau apapun bentuknya) dari GM yang mengulas tentang sebuah karya seni-khususnya seni rupa- yang kadang sulit untuk di ‘nikmati’. Caping yang berjudul “Dari Sebuah Jerit di Jembatan” yang mengulas apa yang ada dibalik lukisan karya Munch yang sudah di posting disini termasuk yang saya suka banget. Da Vinci juga. Kalau gak salah pada pengantar di Caping 4 GM pernah berencana membuat tulisan yang lebih panjang, tentang cara Picasso memandang tubuh misalnya. Mungkin juga nanti tentang Mondrian, Vincent Van Gogh (saya ‘ketipu’ dengan Caping Van Gogh yang lain disini walau sama2 menariknya..hehe). Kapan ya GM menulisnya? Saya mau menantinya sampai kapanpun.. 😦

Overall, saya suka semua Caping yang ada. Saya suka tulisan2 GM.

35. aliefte - Juni 7, 2008

membaca caping, seperti membaca sejarah, tapi dari sudut pandang yang lain.. dan terkadang menghadirkan wacana baru.. 🙂

Hai semuanya.. salam kenal..:)

36. retnani - Juni 8, 2008

hi..
terimakasih buat papaku,…
yang meskipun masih sering berdebat sampai sekarang, tapi banyak sekali yang membuatku berterimakasih..
salah satunya adalah beliau berlangganan tempo tahun 90-an, sehingga saya muda bisa berkenalan dan mencicipi caping…
tulisan tiap minggu yg masih saja membuat saya bergetar, aku ingin bisa menulis seperti GM.
dan sekarang, ketika orang bertanya, kenapa kau mencintai laki laki itu.. aku hanya bisa bilang, karena dia membaca catatan pinggir…
iiiiihhhh… hahahahahaha (naif baanget ya..? ) la mbok biarin….

buat GM…
beberapa bulan yg lalu aku sempat bersirobok dengan GM di TIM.
deg degan nya minta ampun,
at least i have an idol for my life…

menjadi bagian dari pembaca caping saja sudah membuatku sangat bahagia…

37. Abbasi Hafaz - September 16, 2008

Semoga dapat Nobel

38. inda suhendra - September 16, 2008

mas Anick, rupanya dah punya “pesaing” ya? di situs resmi TEMPO, caping sudah dimunculkan FREE setiap edisinya.
tapi btw, lebih lengkap di sini sih arsip-arsipnya.

anyway, thanks a lot, bung Anick

39. anick - September 17, 2008

Indra, justru itu bisa mengurangi beban moral saya kepada Tempo. Dan saya makin bersyukur karena dengan demikian Caping semakin diakses banyak orang.

40. Muhammad HUsein - Oktober 13, 2008

Sya MUh. HUsein
masih SMA..
Saya sebenarnya cukup terkejut saat kali pertama membaca kumpulan caping di buku caping 2..
Isinya begitu bagus, terasa sekali kelas penulisnya yang sepertinya sudah sangat ulung.
Goenawan Mohamad..
Kalo kata Ignas KLeden ini merupakan eksperimen penyair kalo kata Gw
INI jembatan BUat yang awam

Makasih banyak bwat ma Goenawan
any commenT: black.buster@yahoo.co.id

41. gunoro - Februari 12, 2009

meski agak utopis tapi aku salut dengan sepak terjang otak mbah Goen, adem bumi ini jika bisa bisa di terapkan..

42. Noma Saputra - Februari 24, 2009

Salam Kenal Bang,, saya penggemar tulisan-tulisan anda..

43. Norpikriadi - Maret 24, 2009

2006 saya baca Catatan Pinggir GM “5 Juli” 7 Juli 2007 saya menulis pada Opini Banjarmasin Post (koran di daerah saya) “Dekrit 5 Juli”. GM memang inpirator bagi banyak orang, terutama bagi yang ‘nekat’ bermimpi jadi penulis seperti saya.

44. skydrugz - April 6, 2009

bagus

45. rizalihadi - April 12, 2009

ini blognya orang mana to??
salam kenal. isinya bagus2

46. bowo - Mei 8, 2009

bahasa bagus tapi sulit dicerna, namun saya menyuukainya

47. Dikdik Sadikin - Juni 6, 2009

Sejak awal 80-an, saya suka membaca Caping. Malah, saya pernah mengetikkan (dengan mesin ketik) kembali sebuah Caping. Saya lupa judulnya, tetapi kira-kira tentang tentara yang menghajar guru anaknya. Saya ketikkan kembali Caping itu hanya demi untuk merasakan bagaimana yang dirasakan GM saat menyusun kata-katanya. Kapan dia menghentikan kalimatnya dengan titik. Bagaimana ia memilih kata. Bagaimana ia memberdayakan kata-kata untuk menghidupkan suasana, bahkan untuk mengaduk rasa pada pembaca. Dan sebagainya.
Meskipun tidak setiap Caping memiliki kualitas yang sama, tetapi setiap selesai membaca Caping, ada sesuatu yang tertinggal. Atau, mungkin, ditinggal dengan pertanyaan.
Pengaruhnya ke tulisan saya, luar biasa. Antara lain, tulisan saya pernah dimuat di Kompas, klik http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0311/03/opini/662397.htm
Belakangan, diam-diam, saya suka me-scan Caping untuk koleksi pribadi. Beruntunglah ada situs ini. Saya tinggal mendownload untuk melengkapi koleksi saya.
Thanks GM. Meskipun, gaya bicara Anda tidak sejelas tulisan Anda, meskipun saya tidak lantas selalu setuju dengan substansi tulisan Anda, hal itu tidak mengurangi simpati saya kepada Anda. (Oya, orang yang Anda kenal berkait dengan saya barangkali Yoke Octarina Sudarbo, sekarang bekerja di USAID).
Salam.

48. maya - Juli 17, 2009

ah, ada tulisan dan blog yang lebih menarik.

dari seseorang yang ketika gunawan muhamad tengah memulai AJI dan aktif di utan kayu, dia sibuk dengan aktifitasnya di PRD (sekarang udah lama keluar semenjak dia sadar PRD terlalu leninis).
Tulisan dia jauh lebih mengakar, analisa yang lebih baik sebagai orang yang memang bagian dari kelas pekerja (bukan “cuma” intelektual pengamat kelas dan “rakyat”), selain itu tulisannya lebih “nakal”, hehe 😀
mungkin dipengaruhi oleh masa punk nya sebelum masuk PRD.

saya sendiri sangat suka tulisan orang bernama pam ini;
http://perangdancinta.blogdrive.com

mungkin bedanya sama gunawan muhamad, dia gak pernah repot2 bikin media mainstream ber-oplah besar semacam tempo.

49. R.M.A. Ahmad Said Widodo, A.G. - Juli 29, 2009

Aku adalah salah seorang pembaca setia “Catatan Pinggir”-nya mas Goenawan Mohamad, baik di dalam bentuk esai di Majalah Tempo maupun di dalam bentuk buku kumpulan esainya “Catatan Pinggir” Jilid 1, 2, 3, 4, 5 dan 6. Aku begitu terkagum-kagum dibuatnya. Salut buat mas Goen. Teruslah berkarya dan berkarya. Anda sejajar dengan para penulis handal Indonesia lainnya bahkan di dunia.Terimakasih.

50. kwangkxz - Agustus 14, 2009

Postingan yang sangat menarik.

51. jokotarub - Agustus 20, 2009

lek goen, aku dulu punya kumpulan esai catatan pinggir jilid 1-3…tapi gara2 kebakaran di rumah kosku semua koleksi2 bukuku habis terbakar termasuk catatan pinggir padahal aku suka banget buku itu.sekarang susah bgt cari CAPING tu.aku sangat berterimakasih bgt kalau CAPING dibikin e-book perjilidnya…hehehehe

52. Mochamad Abas - Agustus 30, 2009

O Yeah!! … kalo musik ada Rock “N Roll maka mas Goen sepertinya tidak begitu. Mas Goen lebih memilih Ballad …. yang santun, bimbang, sekelabat seperti mimpi malam .. O Yeah!!

53. eon generexa - September 7, 2009

ae coy…

54. Widodo - September 26, 2009

pak Goen, matur thank you. begitu besar sumbangan pemikiran yang anda berikan buat saya. saya ndak tahu, gimana cara mbalas sumbangan-sumbangan itu. sekali lagi terima kasih. nuwun.

55. eddy daryono - September 27, 2009

saya se gak rutin pegang majalah tempo. saya mengoleksi buku2 dr komunitas utan kayu, kayak ayu utami, jurnal kalam. tapi kok ya susah cr buku baru mas goen ktk saya trlmbt 1 bulan utk membelinya. kata penjaga toko se, nih katanya lo, penerbit grafiti idealismenya bukan komersil. nah lo, gmn ne saya blm ktm ma buku caping ke 6. 😦

56. Girindra - September 27, 2009

Gunawan Muhammad dapat berfikir secara kritis, dialektis, dan filosofis serta menuangkannya dalam bahasa yang cukup baik, sastrawi, dan sexy… entah apapun anda menyebutnya…

tetaplah berkarya… jangan mati dulu…

57. R.M.A. Ahmad Said Widodo, A.G. - Oktober 21, 2009

Mas Goen, jika aku bisa melakukan penelitian ilmiah seperti halnya yang dilakukan oleh Dr. Masaru Emoto (Jepang) tentang kristal air, maka bagaimanakah jika air disebutkan nama Anda (Goenawan Mohamad) juga akan membentuk sebentuk kristal yang indah dan cantik? Jawab ya mas sebagai obat kangen lama ndak ketemu Anda, maklum aku sekarang lebih banyak di kampung halamanku di Purwakarta yang indah.

58. irwan Rosandi - November 14, 2009

Mas Goen saya penggemar berat catatan pinggir anda, bahkan saya koleksi buku catatan pinggir anda. yang ingin saya tanyakan pada mas Goen, seberapa banyak buku buku yang anda baca setiap harinya, soalnya saya jadi iri dengan anda,Pengetahuan umum anda jempolan, masalah sejarah,ilmiah maupun fiksi, novel, karya sastra ,film,tafsir,wayang, bahkan perjanjian lama dan perjanjian baru sering anda kutip, bahkan nama-nama tokoh, tempat, tahun serta liku2nya anda sangat faham, nah yang jadi saya bingung apa Mas Goen memang tiap hari baca,sedangkan yang saya tahu Mas Goen juga seorang yang sangat sibuk dengan tugas sehari2 di Utan Kayu. Thanks

59. Rizkiansyah - November 17, 2009

Mas…
Boleh Minta YM, Facebook-a g?
Terima kasih…
Salam,
Riski

60. Menulis « random notes - Februari 1, 2010

[…] Goenawan Mohamad, seorang penyair dan esais “Catatan Pinggir” – TEMPO, pernah menulis dalam pengantarnya Seperti halnya membentuk cawan yang tak habis untuk dipakai, menulis pada dasarnya adalah pekerjaan yang resah. […]

61. Nuriyas Wuri Utami - Februari 16, 2010

Perkenalkan, nama saya Nuriyas Wuri Utami. biasa dipanggil Wuri.
sekarang ini saya sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Jakarta. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya mendapat tugas dari bunda Helvy Tiana Rosa untuk mencari soulmate sastra saya. dan saya memutuskan untuk bersoulmate dengan bapak.

Sudi kah kiranya bapak sastraku menerima lamaran ini?
penuh harap, aku menunggu kabar dari bapak sastraku.

Terima kasih,
salam
Wuri

62. Nuriyas Wuri Utami - Maret 7, 2010

tulisan yang penuh inspirasi

63. joni - April 22, 2010

karya biasa saja dari seseorang dgn jejaring istimewa, celotehan yg semakin tak dipahami rakjat kebanyakan, menggerayangi realitas dari kemapanan, haha becanda2, ya bolehlah u ditengok2 sudut pandang yg berbeda

64. Panca - Juni 12, 2010

Permisi,

kok beberapa tulisan link-nya gak dibuka ya? salah satunya tulisan pak Ignatius. saya sedang menulis skripsi yang unit analisisnya Catatan Pinggir Pak Goen. saya butuh rujukan artikel-artikel yang membahas beliau dan esai Capingnya. mohon bantuannya, terutama untuk pak moderator.. hehe…

Terima kasih.

Panca

65. Rosa Indiarto - Juni 25, 2010

Assalaamu’alaikum pak Gunawan Muhammad. Salam kenal pak. Pertama saya baca Caping saat masih mahasiswa di tahun 94; saya melampaui batas suka; melebihi hobi membaca saya yang cukup beringas membaca berbagai macam buku, Caping mengantar saya kepada sebuah telaga inspirasional. Caping berbeda.
Saya masih ingat, dengan berbekal uang kos2an yang tak seberapa, dan pinjam uang temen kuliah, saya beli buku Catatan Pinggir terbitan grafiti. Buku itu masih saya simpan dan saya buka kalau lagi jutek dan bete. Bagi saya sendiri, itu sebuah selera yang aneh untuk menghibur diri, karena biasanya saya lebih banyak lari kepada fiksi-fiksi untuk menenangkan diri. Tapi Caping menawarkan kecerdasan menangkap makna, dengan gaya bahasa fiksi yang keren.
Saat ini, saya di purwokerto punya komunitas kecil yang menyukai tulisan2 Caping, menjadi teladan bagi kami dalam berlatih menulis dan yang terpenting : menginspirasi kehidupan bermasyarakat yang positif terhadap perubahan dan selalu menghargai sejarah.
Saya punya cita2 menghadirkan pak Gunawan Muhammad ke tengah2 kami di purwokerto, kalau sempat di tengah kesibukan yang padat, untuk menyampaikan nasihat2 kepada kami yang muda2 dan bau kencur ini agar menginspirasi rekan2 berbuat serupa, seperti pak GM yang sangat inspiratif membangun Indonesia yang merdeka. Sukses selalu pak GM. Amiin.

66. alghienka - Juni 27, 2010

nice artikel..

67. selly - Juni 27, 2010

trimakasih untuk infonya

68. wandi barboy - Agustus 26, 2010

apik…

69. Gigih - September 6, 2010

bagus..

70. Zuher - Oktober 21, 2010

toooopppppp

71. Ahmad - Februari 23, 2011

Suka baca Caping, karena sangat reflektif dan kaya rujukan. Tapi seperti puisi, sering tidak paham. Sering tak berhubungan dengan aktualitas, tapi saya suka juga puisinya.

72. akbar_brdc - Maret 8, 2011

Halo salam kenal ..
bagus deh blognya ..
btw suka nulis artikel tentang Bandung ga ?
klo suka, share artikel or tulis di Citizen Journalism web kita yah ..
Oiya, jangan lupa follow (@BandungReview) dan like facebook fans page bandungreview.com juga yah!
Thx

73. rumah citra - Maret 18, 2011

saya ingin pasang iklan di blog caping. apa ada kontak yang bisa dihubungi?? tolong balas ke email,
thanks

anick - April 14, 2011

Maaf, rumah citra. Saya tidak merasa berhak mengambil keuntungan finansial dari pengelolaan blog ini.

74. Love to Share - Maret 28, 2011

ikutan membaca…

salam kenal & jabat erat selalu

75. Muhamad Azhari AF - April 27, 2011

saya tidak selalu membaca Caping, tapi ia kiblat utama dalam setiap kreatifitas tulis-menulis yang saya geluti.

76. Christopher - Mei 11, 2011

saya baru mengenal catatan pinggir ini baru sekitar setahun yang lalu saat membaca majalah tempo. memang saya bukan orang yang suka membaca dan saya juga bukan orang yang suka sastra. namun, setelah membacanya, saya langsung menyukainya, entah karena gaya bahasanya, entah karena cara/gaya membahas suatu tema, entah karena sudut pandangnya, entah dsb. sekarang hampir setiap minggu saya membaca catatan pinggir, entah di wesite ataupun di majalah tempo. sukses terus untuk mas goen…

ps: saya sangat ingin mengkoleksi catatan pinggir 1 – 6, dan teman saya menginformasikan bahwa untuk merayakan ulang tahun GM, seluruh buku (1-6) catatan pinggir beliau akan di cetak ulang dan dijual kembali kepasar karena tingginya permintaan terhadap buku-buku tersebut. pertanyaan saya, apakah berita/isu ini benar? kapan? mohon informasi lebih lanjut bagi siapapun yang mengetahuinya.

77. Kumpulan Kata-kata Bijak Tentang Cinta - September 18, 2011

GM adalah Inspirasi kita dalam kehidupan….

78. palmos, francis - Oktober 7, 2011

‘A change that will make Indonesia a country where people live without fear of being humiliated by poverty, paralyzed by terror, marginalized by intolerance, misled by blind faith and brainwashed by constant media lies.’
– Goenawan Mohamad to Jakarta Post.
GM, this is apt, succinct, but defensive. We will probably meet in a few weeks time, when my Surabaya 1945 tanah suci is handed over on 09 November in Surabaya. Given the historic accomplishments (rarely fully detailed, thus far) I wonder if you do not also share my opinion that Indonesian historians are far too humble. Without Surabayans independence would arguably have been easily delayed some decades.

79. dualima.com - Oktober 25, 2011

cerdas, lugas dan penuh makna…suka banget

80. katjha - Februari 17, 2012

catatan pinggir;sy membaca ny sejak thn 2001.. inspiratif & membuka cakrawala berpikir .. yg jls caping pny tempat d hati sy ..
pengen jg pny buku kumpulan catatan pinggir ..

thanks utk pak GM ..

81. edy - Februari 18, 2012

Caping, sebenarnya sebuah ceritera getir dari seorang GM yang tak putus dirundung resah.

Seseorang yang, dalam hati dan pikirannya selalu berkecamuk, namun ia tak ingin tampil bergemuruh. Di dadanya, yang tak begitu bidang itu, senantiasa sesak dan berjejalan ide dan gagasan. Ia, tak ingin disumpal atau di bungkam. Sedari awal, tampaknya sudah memilih untuk tak bungkam. Ia paham, dengan kata hatinya itu, ia akan berjalan dalam sunyi.

Caping, layak juga dianggap sebagai cermin keadaan yang represif. Ia tak menggunakan bahasa yang menghentak dan menghardik. Penguasa, saat itu, tak ingin ada yang mengajarinya. Karenanya, caping, bersiasat dengan gaya bahasa bersayap. Maka jangan heran, saat awal kemunculannya, tak begitu membumi.

Caping, bagi saya, sebuah perlawanan dan sekaligus sebuah kompromi yang cerdas. ia sebuah simbul untuk tak tunduk begitu saja pada segumpal tirani. Ia tak hendak berteriak. Ia tetap melawan dalam diam.

Kegundahannya

Ia

82. tentang caping « Catatan Pinggir - Maret 11, 2012

tentang caping « Catatan Pinggir…

[…]tentang caping ===== > Ignatius Haryanto. Posisi GM memang tak tergantikan. Tak mungkin mencari ganti penulis Catatan Pinggir yang sudah khas milik Goenawan Mohamad …[…]…

83. travel umroh bogor - Februari 1, 2014

Menikmati caping harus dengan aura yang bersih dan pikiran yang terbuka, karena tulisannya itu panjang-panjang yach

84. damar wulan - April 9, 2014

caping GM adalah sesuatu yang sangat indah dimata saya,. Apapun yang dibahas, saya tetap menikmatinya.

85. Bahu Raksa - Oktober 10, 2014

Catatan Pinggir membikin saya mengerti banyak hal dan membangkitkan minat saya terhadap banyak hal. Terima kasih Mas Goen…

86. Kata Kata Mutiara - November 17, 2014

keren nih jadi GM

87. Kata Kata Mutiara - Juni 30, 2015

GM adalah Inspirasi kita dalam kehidupan….

88. Kata Kata Mutiara Cinta - Juni 30, 2015

GM adalah Inspirasi kita dalam kehidupan….

89. Restu Ardyatmojo - Mei 21, 2016

Selamat sore, saya pingin beli buku caping 1. di mana ya?

90. kris lucas - Juni 15, 2016

Dari isi berbagai tulisannya, bisa diketahui bahwa sudah ratusan buku yang dibaca oleh GM.

91. Falentinus Goa - Juni 23, 2020

Caping: antik, unik, mahal yang tak satupun sanggup bayar, tak tergantikan, punya sendiri, originil. Lainnya: tebar ketakutan para lalim oleh daya ungkap adidayanya, remukan keangkuhan yang berperilaku kejam, cairkan kebekuan walau sesuatu itu telah jadi budaya. Atau kalau harus disimpulkan: obat pertama dan terakhir berdaya hanguskan segala bentuk ketidakmanusiawian yang tak tertandingin sejak Caping ini lahir sampai hari ini.

92. Bisnis Ariix Indonesia - Juli 9, 2020

Keren banget Bisnis Ariix Indoensia


Tinggalkan Balasan ke Restu Ardyatmojo Batalkan balasan